Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ngabuburit di Kota Tua

"Hidup ini terasa singkat bila dihabiskan di satu tempat.  Teruslah berkelana karena alam semesta ini terbuka untuk anda".


Hari libur kerja disaat bulan puasa, ku manfaatkan untuk jalan-jalan sambil menunggu saatnya berbuka puasa.  Orang sering menyebut dengan istilah "Ngabuburit".  Entah aku juga tidak sebegitu faham istilah ngabuburit itu berasal darimana dan siapa yang menyebutkan pertama kali istilah itu. Aku hanya ikut-ikutan aja dengan bahasa ngabuburit ini hehe... 

Tempat ngabuburit di Ibukota memang terbilang banyak pilihannya. Disetiap sudut kota menawarkan tempat ngabuburit yang menarik tergantung dengan selera. Para remaja selalu menghabiskan waktunya untuk bersantai,  brcengkrama dengan sahabat-sahabatnya bahkan menikmati unjuk aksi para seniman. Hal tersebut dinikmati untuk menghilangkan kejenuhan menanti bedug adzan maghrib di kumandangkan.  

Ngabuburitku kali ini yakni di Kota Tua Djakarta. Aku tidak akan cerita banyak tentang apa itu kota tua dan sejarah kota tua. Namun aku hanya ingin mencoba menceritakan tentang aktivitas-aktivitas kecil di tempat ini. Aku hanya ingin mengespreksikan ketertarikanku mengabiskan waktu menanti berbuka puasa di kota tua. Banyak seniman penjual jasa bertebaran dispeanjang jalan masuk kota tua, mulai dari seniman lukis wajah, fothografer, bikin nama gelang dan cincin, serta banyak para penjual kaos oblong khas bertuliskan Jakarta.

Sungguh mempesona tempat Batavia ini (sebutan kota jakarta tempo dulu) yang penuh dengan wajah ceria seakan mereka lupa sedang menahan haus dahaga di bulan puasa. Banyak para seniman yang menunjukkan ekspresinya untuk menghibur para penanti berbuka puasa. Opera ondel-ondel, genderang musik klasik, photograph, serta tak luput orang berjualan jasa dan pernak pernik khas oleh-oleh jakarta.

Komunitas Manusia Batu di Kota Tua
Ajang foto dan selfie menjadi favorit para anak-anak dan para remaja.  Mereka disni dimanjakan dengan banyak miniatur untuk dibuat sebagai teman berfoto memanjakan ekspresi. Ada banyak hantu yang bisa diajak foto, manusia boneka, ondel-ondel dan manusia batu. Mereka menggais rizki dari kreatifitasnya mencari peluang dari para pengunjung yang ingin megabadikan momenya di kota tua tersebut. Berfoto dan berekspresi dngan merekapun tidak dipatok harga, mereka boleh memberikan uang dengan sukarela berapapun terserah yang mengasih untuk berfoto bersasma. Berapa kali dan berapa ekspresi foto yang di capture mereka bebas untuk memberi uang yang disediakan ranjang didepannya. Seperti yang bisa dilihat digambar di bawah ini.

Aku sendiripun tidak lepas dengan yang istilahnya selfie, hanya sekedar untuk mengabadikan momen di kota tua ini. Kota yang sangat menarik buat nongkrong mengahbiskan waktu sore menanti adzan maghrib. Apalagi kalau datangnya ramai-ramai bersama teman-teman, sahabat atau keluarga wuih pastinya suasana menjadi seru :-D. Tapi juga banyak lho pasangan sejoli yang asyik berduaan dan bermesraan disni, hehe... :-)

Cerita di Kota Tua untuk menanti surupnya sang surya agar bisa segera berbuka puasa. Saat aku menatap sang mega itu dan aku ambil fotonya hatiku seakan menitipkan pesan kepadanya "wahai sang surya cepatlah pulang agar aku bisa menikmati es kelapa muda ,  tahukah engkau saat ini aku tergoda kepadanya setelah seharian aku menahan haus dan dahaga".  Hehe...
Dan sang suryapun seakan menjawab "sabar aku ini sedang dalam berjalan pulang, aku juga sudah lelah".


Ya itulah sedikit ceritaku hari ini, sabtu 11 juli 2015/25 ramadhan 1436 H.  Ngabuburit di kota tua jakarta. Hal positif yang bisa menjadi refrensi bagi siapapun yang membaca coretan kecil ini. Oh ya satu lagi, di kota tua ini juga banyak jenis kuliner khas jakarta dan banyak cafe-cafe desain ala batavia.  Jadi anda tidak usah risau untuk mencari menu berbuka puasa di kota tua ini.

Cukup Sekian buat para petulang sejati. Terima kasih.








2 komentar untuk "Ngabuburit di Kota Tua"