Filosofis Santri
Santri
adalah julukan seorang yang menuntut ilmu pendidikan di sebuah pesantren yang
diasuh oleh figur sseorang kiyai. Sedangkan siswa/ murid adalah sebutan seorang yang menuntut ilmu di
pendidikan formal. Predikat santri mempunyai makna yang sangat luas yang harus
kita mengerti dan kita jalani. Santri bukanlah sebutan asala-asalan yang dilontarkan oleh leluhur kita dulu. Yang mana seperti kita ketahui bahwa pesantren merupakan lembaga tertua di indonesia, semenjak
penyi’ar agama islam datang di negara kita.
Santri dari bahasa sngsekerta yaitu San atrinya suci dan Tri artinya Tiga, jadi santri harus suci dari tiga
perkara, yaitu ; suci dari kema’siatan, suci dari kedzholiman dan suci dari kebodohan1(KH.
Sholeh Bahruddin, Galak Gampil Pon.Pes Ngalah edisi 1. 2006) . Itulah
ma’na santri kalau kita fahami betul dari bahasa leluhur kita. Ma’na santri pun
bila kita kaji lebih dalam lagi mecakaup beberapa pengertian yang luas. kata
Santri terdiri dari lima huruf hijaiyah yaitu :
س bermakana ستر الجهل yaitu menutupi
kebodohan. Bagaimana kita menutupi kebodohan
? apakah kita akan sembunyi agar tidak tahu bodoh kita ?
bukan itu solusinya, tapi jawabanya adalah dengan belajar yang
sungguh-sungguh. Itulah cara untuk
menutupi kebodohan, tutuplah kebodohan dengan ilmu-ilmu yang diajarkan di pesantren. Kita belajar di pesantren adalah bertujuan untuk mencari ilmu
menghilangkan kebodohan. Dan jalan satu-satunya menghilangkan kebodohan adalah belajar dengan sungguh-sungguh karena di pesantren adalah gudangnya ilmu. Dengan menimba ilmu di pesantren dan berbekal ilmu yang banyak itulah kita bisa menutupi kebodohan kita.
ن
bermakna نائب علماء yaitu Pengganti Ualma’. Santri pada dasarnya dibimbing
pendalaman agama ( Tafaqquh fiddien)
dalam rangka melahirkan kader ulama, da’i/muballigh, dan tokoh agama dengan
tujuan memelihara ilmu-ilmu agama dan moralitas umat2. Tidak mungkin pengganti ulama’ diambil
dari pengamen jalanan, golongan artis tampan, ataupun mahasiswa sarjana. Namun pengganti ulama' adalah seorang figur yang memiliki predikat santri . Oleh sebab itu seorang santri
harus siap untuk menjadi ulama’ dimasa depan, sebagai kader pengganti dari seorang gurunya (kiyai –
ulama’), untuk menyampaikan risalah agama. sebagaimana tugas pokok santri adalah tafaqquh fiddin.
ت bermakna ترك المعصي yaitu Meninggalkan Ma’siat. Santri dibimbing dan dididik dalam nuansa riligius. Diajarkan norma-norma dan hukum-hukum antara halal dan haram, dengan landasan yang kuat dari al-qur'an, hadist dan kitab kuning. Sungguh na'if bila santri yang faham tentang norma-norma agama melakukan ma'siat. Salah satu kunci
kesuksesan santri dalam menimba Ilmu adalah meninggalkan ma’siat. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam
kitab ta’lim mu ta’alim, di suatu bait ;
شَكَوْتُ ِالَي َواكِيْعٍ سُؤَ حِفْظِيْ # فَا‘رشد
ني الي ترك المعاصي
Seorang santri mengutarakan keluhan
pada gurunya syeh waki’, tentang sulitnya ia menghafal pelajarannya, maka sang
guru nya memberikan solusi yakni untuk meninggalkan ma’siat.3 Dari sini dapat kita simpulkan bahwa
jika ingin sukses dan diberi kemudahan dalam belajar, maka seyogyanya harus
meninggalkan ma’siat.
ر bermakna رئس
الأمّة Pemimpin Umat/ Masyarakat. Santri pada
hakikatnya nanti sangatlah ditunggu-tungguh oleh masyarakat, karena asumsi
di masyarakat bahwa santri telah dibekali beberapa ilmu dari guruhnya untuk bisa
mengarahkan masyarakat. Sosok seorang santrilah yang di nanti-nantikan
masyarakat. Oleh sebab itu kita nanti harus siap menjadi pemimpin
di masyarakat mengarahkan masyarakat yang menjadi lebih baik.
ي bermakna يفرق بين الحقّ و البا طل Membedakan antara yang hak dan yang bathil. Seorang santri harus bisa
membedakan suatu perkara yang baik dan
yang buruk, mana yang harus dikerjakan dan mana yang harus ditinggalkan. Karena
di pesantren telah diajarkan berbagai ilmu, yang fungsinya mengetahui mana
yang bathil dan mana yang hak. Dan
jangan sampai ada lagi istilah “ eruh syara’ diterak, eruh adab deladab”.
Kita sudah tahu hukum dari berbagai masalah namun kita melanggar hukum yang
dilarang, kita dididik akhlak tapi prilaku kita tak bermoral, na’udzubillah.
Itulah ma’na dari predikat seorang santri, filosofis yang perluh kita renungkan dan kita fikirkan dalam-dalam. Fungsi dari sebuah nama adalah pembentukan karakter pada seoarang sesuai dengan namanya. Dengan ma’ana santri tersebut telah menaruh beberpa harapan untuk menyonsong masa depan. Maka kita tela’ah lagi hakikat seorang santri yang mengandung ma’na yang menjadi amanah yang harus dita’ati bagi seorang santri. Dan semoga ilmu yang kita emban akan menjadi ilmu yang bermanfa’at di dunia dan di akhirat, bermanfa’at bagi nusa bangsa dan agama. Amin.
Filsafat harus menjadi senjata kekritisan dunia pesantren..
BalasHapus#mazhabkepanjen.blogspot.com