Memilih Istri dengan Teori AHP
Dalam coretan kali ini
saya mencoba untuk sharing ilmu tentang memilih alternative pilihan dari teori kuliah yang saya pelajari, yang menurut saya menarik sekali kita terapkan disaat kita bingung untuk memilih sesuatu yang banyak alternative pilihan (terutama kriteria calon istri hehe :-) ), maka kajian
ilmu pengambilan keputusan sangat bermanfaat. Teori untuk membantu pengambilan keputusan
sangatlah beragam, salah satunya adalah teori MCDM dengan pendekatan model AHP (Analytic
Hierachy Process). Mari kita simak, bagaimana memutuskan sesuatu disaat
kita dihadapkan dengan lebih dari satu alternative pilihan.
Cekidot,…..
*************
AHP (Analytic Hierarchy
Process) merupakan salah satu teknik dalam pengambilan keputusan. Dalam mengambil
keputusan, kita mempunyai kriteria sebagai dasar penilaian, dan kita juga akan
dihadapkan dengan lebih dari satu alternative pilihan. Jika alternative
pilihan tersebut hanya ada dua, mungkin masih mudah buat kita untuk memilih,
akan tetapi jika alternative pilihan tersebut banyak, maka cukup sulit
bagi kita untuk memutuskannya. AHP merupakan teknik yang dikembangkan
untuk membantu mengatasi kesulitan ini. Dalam AHP, semua alternative
plilihan diadu satu lawan satu, seperti pada pertandingan sepak bola dengan
system setengah kompetisi. Skor dari masing-masing pasangan kemudian
ditabulasi untuk dihitung total skor untuk masing-masing alternative. Ada
satu kelemahan dalam AHP, yaitu bisa terjadi kita tidak konsisten dalam memberi
bobot, apalagi kalau item/pasangannya banyak. Tetapi jangan kuatir karena
ada alat/tool untuk mengeceknya.
Selanjutnya untuk lebih
mempermudah, maka penjelasan mengenai AHP ini akan dilakukan melalui
pembahasan sebuah contoh penggunaannya. Kita ambil suatu contoh berikut:
“Dalam memilih istri, teman saya satu jurusan panggilanya Si Ozenk mempunyai 3 kriteria, yaitu ceweknya harus cantik, memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan berasal dari keluarga yang kaya. Saat ini Ozenk memiliki 3 orang pacar, yang dipacarinya secara bergantian (playboy juga si Ozenk ini), Fitri, Yayu dan Grace. Selain playboy, ternyata Ozenk juga cukup pintar, dia baru saja mendapat nilai A dalam mata kuliah Methoda Pengambilan Keputusan (MCDM), yang salah satu topiknya membahas AHP. Sehingga dia mau mempraktekan ilmu AHP ini dalam memilih istrinya.
“Dalam memilih istri, teman saya satu jurusan panggilanya Si Ozenk mempunyai 3 kriteria, yaitu ceweknya harus cantik, memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan berasal dari keluarga yang kaya. Saat ini Ozenk memiliki 3 orang pacar, yang dipacarinya secara bergantian (playboy juga si Ozenk ini), Fitri, Yayu dan Grace. Selain playboy, ternyata Ozenk juga cukup pintar, dia baru saja mendapat nilai A dalam mata kuliah Methoda Pengambilan Keputusan (MCDM), yang salah satu topiknya membahas AHP. Sehingga dia mau mempraktekan ilmu AHP ini dalam memilih istrinya.
Yang pertama yang dilakukan Ozenk adalah menentukan bobot untuk
ketiga kriteria, mana yang paling penting. Ketiga kriteria tersebut
di-adu satu lawan satu, yang dalam terminologi AHP disebut pair-wise comparation (terjemahannya apa
ya?).
Dalam kriteria tersebut Si Ozenk merasa:
·
Cantik lebih penting 2 kali
dari pendidikan.
·
Cantik lebih penting 3 kali
dari kaya, dan
·
Pendidikan lebih penting 1.5 kali
dari kaya.
Selanjutnya hasil pair-wire comparation ini
oleh Ozenk dibuat tabulasinya, yang dalam istilah AHP disebut sebagai pair comparation matrix, seperti terlihat pada gambar
berikut.
Dari gambar diatas, Prioity Vector (kolom paling kanan) menunjukan bobot
dari masing-masing kriteria, jadi dalam hal ini cantik merupakan bobot
tertinggi/terpenting menurut Ozenk, disusul pendidikan dan yang terakhir adalah
kaya. Bagaimana
cara membuat matrix ini?:
· Hasil pair wise comparation diatas diisi pada
sel berwarna putih (bagian kanan atas matrix), dengan aturan baris vs kolom. Jadi angka 2 (cantik lebih
penting 2 kali dari pendidikan) diisi
pada sel yang merupakan perpotongan antara baris cantik dan kolom pendidikan. Angka 3 (Cantik lebih
penting 3 kali dari kaya) diisi pada sel
yang merupakan perpotongan antara baris cantik dan kolom kaya. Begitu juga dengan angka 1.5 (Pendidikan lebih
penting 1.5 kali dari kaya) diisi pada sel
yang merupakan perpotongan antara baris pendidikan dan kolom kaya. Sampai disini semua sel di kanan atas
matrix (sel berlatar belakang Putih) terisi. Pada sel dengan baris dan
kolom sama (Cantik-Cantik atau Pendidikan-Pendidikan atau Kaya-Kaya), sel
berlatar belakang Hijau diisi dengan angka 1 (Kenapa? Ayo Siapa yang
tahu?). Kemudian sel pada bagian Kiri bawah matrix (berlatar belakang
Abu-Abu) diisi dengan angka kebalikan dari sel disebelah Kiri atas. Jadi
pada sel Pendidikan-Cantik diisi dengan angka 1/2, yaitu kebalikan dari angka2 yang berada pada sel Cantik-Pendidikan, dstnya.
· Baris Jumlah (baris
paling bawah) merupakan penjumlahan dari semua angka yang ada pada baris
diatasnya dalam satu kolom.
· Kolom Priority Vector,
merupakan hasil penjumlahan dari semua sel disebelah Kirinya (pada baris yang
sama) setelah terlebih dahulu dibagi dengan sel Jumlah yang
ada dibawahnya, kemudian hasil penjumlahan tersebut dibagi dengan angka 3
(angka 3 karena kriterianya ada 3, yaitu Cantik, Pendidikan dan
Kaya). Bingung??? Supaya nggak bingung, kita ambil contoh
saja, angka 0.5455 pada sel yang merupakan perpotongan antara baris Cantik dan
kolom Priority diperoleh dari 1/3x(1/1.8333+2/3.6667+3/5.500). Angka
0.2727 pada sel yang merupakan perpotongan antara baris Pendidikan dan kolom
Priority diperoleh dari 1/3x(0.5/1.8333+1/3.6667+1.5/5.500). Angka 0.1818
pada sel yang merupakan perpotongan antara baris Kaya dan kolom Priority
diperoleh dari 1/3x(0.33/1.8333+0.6667/3.67+1/5.500). Sudah jelaskan?
Sekarang timbul pertanyaan, kenapa hanya untuk memberi bobot pada
kriteria kok memerlukan langkah dan perhitungan yang ruwet gini?? Ya kalau
jumlah kriterianya hanya tiga, memang terasa terlalu ruwet, tidak
sebanding dengan keuntungan yang diperoleh. Akan tetapi kalau jumlah
kriterianya banyak maka walaupun agak ruwet tetapi cara ini sangat
membantu. Selain itu, sebenarnya perhitungan ini juga dimaksud menyamakan
rentang/skala bobot untuk setiap pasangan, atau dalam bahwa AHP disebut
normalized (bahasa Indonesianya apa ya? dinormalkan?? atau dibuat
normal??).
Setelah Ozenk mendapatkan bobot untuk setiap kriteria (yang ada
pada kolom Priority Vector), maka selanjutnya dia mau mengecek apakah
bobot yang dia dibuat konsisten atau tidak. Untuk hal ini, yang pertama
yang dilakukan adalah menghitung Pricipal Eigen Value (lmax) matrix diatas dengan cara menjumlahkan hasil perkalian
antara sel pada baris jumlah dan sel
pada kolom Priority Vector,
sbb:
1.8333×0.5455+3.6667×0.2727+5.5×0.1818=3. Kemudian Ozenk
menghitung Consistency Index (CI), dengan
rumus CI = (lmax-n)/(n-1) dengan n adalah jumlah kriteria (dalam hal ini 3), jadi
CI = (3-3)/(3-1)=0/2=0. CI sama dengan nol berarti pembobotan yang
dilakukan sangat konsisten.
Untuk pembobotan dengan jumlah kriteria yang cukup banyak (diatas
5 kriteria), pembobotan yang konsisten (CI=0) seperti ini sangat sulit
dicapai. Oleh karena itu, pada batas tertentu HPS masih mau menerima
ketidak konsistenan ini. Batas toleransi ketidak konsistenan ditentukan
oleh nilai Random Consistency Index (CR) yang
diperoleh dengan rumus CR=CI/RI, nilai RI bergantung pada jumlah kriteria
seperti pada tabel berikut:
Jadi untuk n=3, RI=0.58.
Jika hasil perhitungan CR lebih kecil atau sama dengan 10%
, ketidak konsistenan masih bisa diterima, sebaliknya jika lebih besar
dari 10%, tidak bisa diterima.
Sampai disini, Ozenk sudah memiliki bobot untuk setiap
kriterianya. Selanjutnya dia mau menilai ketiga pacarnya berdasarkan
ketiga kriteria tersebut. Pertama, Ozenk akan menilai siapa dari ketiga
pacarnya tersebut yang paling cantik. Dia berencana dalam kencan minggu depan
akan digunakan untuk melakukan hal ini. Pada akhir minggu, setelah kencan
tersebut, dia berhasil memetakan hasil penilaiannya dalam bentuk pair-wire comparation berikut:
·
Yayu 4 kali lebih cantik dari Grace.
·
Yayu 3 kali lebih cantik dari Fitri.
·
Grace 1/2 kali lebih cantik dari Fitri.
Pair-wire comparation matrix-nya adalah sbb:
Arti dari tabel ini adalah dari ketiga pacar Ozenk, yang paling
cantik adalah Yayu dengan skor 0.6276 (dalam skala 1), disusul Fitri dengan
skor 0.2395 dan Grace dengan skor 0.1373. Perhatikan, nilai CI adalah 0.01 yang
berarti pembobotan yang dibuat Ozenk tidak terlalu konsisten (ayo, siapa yang
bisa nebak kenapa tidak konsisten?), namun karena nilai CR=2.2% lebih kecil
dari 10%, maka ketidak konsistenan ini masih bisa diterima.
Selanjutnya Ozenk akan menilai tingkat pendidikan dari ketiga
pacarnya. Penilaian ini bagi Ozenk tidak sulit karena sejak awal
berpacaran Ozenk sudah tahu bahwa Si Yayu yang sehari-hari bekerja sebagai
kasir di sebuah toko swalayan hanya tamatan SMA. Grace yang menduduki
salah satu direksi di perusahaan keluarganya adalah lulusan S1 ekonomi dari
salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta. Sedangkan Fitri adalah teman
kuliahnya di program paska sarjana salah satu perguruan tinggi di
Bandung. Ozenk memberi bobot pendidikan untuk ketiga pacarnya sbb:
·
Tingkat pendidikan Yayu 1/3 Grace.
·
Tingkat pendidikan Yayu 1/4 Fitri.
·
Tingkat pendidikan Grace 1/2 Yayu.
Pair-wire comparation matrix-nya adalah sbb:
Dari tabel ini terlihat bahwa Fitri yang mahasiswa S2 mendapat nilai tertinggi
yaitu 0.5571 disusul Grace dengan nilai 0.3202 dan terakhir Yayu dengan
nilai 0.1226. Sekali lagi terlihat bahwa pembobotan ini tidak konsisten,
namun masih bisa diterima karena nilai CR masih dibawah 10%.
Yang terakhir Ozenk akan menilai kekayaan dari ketiga pacarnya. Ini juga
tidak sulit bagi Ozenk, dan hasilnya adalah sbb:
·
Bobot kekayaan Yayu 1/100 kali
bobot kekayaan Grace.
·
Bobot kekayaan Yayu 1/10 kali
bobot kekayaan Fitri.
·
Bobot kekayaan Grace 10 kali
bobot kekayaan Fitri.
Pair-wire comparation matrix-nya adalah sbb:
Jadi hasil penilaian Ozenk adalah grace yang paling kaya dengan skor 0.9009,
disusul Fitri dengan skor 0.0901 dan yang terakhir Yayu dengan skor
0.0090. Pada pembobotan kali ini Ozenk sangat konsisten, ini terlihat
dari nilai CI=0.
Setelah mendapatkan bobot untuk ketiga kriteria dan skor untuk masing-masing
kriteria bagi ketiga pacarnya, maka langkah terakhir adalah menghitung total
skor untuk ketiga pacarnya. Untuk itu Ozenk akan merangkum semua hasil
penilaiannya tersebut dalam bentuk tabel yang disebut Overall composite weight, seperti berikut.
Cara mengisi tabel ini adalah sbb:
·
Kolom Weight diambil
dari kolom Priority Vektor dalam matrix Kriteria.
· Ketiga kolom lainnya (Yayu, Grace dan Fitri)
diambil dari kolom Priority Vector ketiga matrix Cantik,Pendidikan dan Kekayaan.
·
Baris Composite Weight diperoleh
dari jumlah hasil perkalian sel diatasnya dengan weight.
Composite weight untuk
Yayu = 0.5455×0.6232+0.2727×0.1226+0.1818×0.0090=0.3750.
Composite weight untuk
Grace = 0.5455×0.1373+0.2727×0.3202+0.1818×0.9009=0.3260.
Composite weight untuk
Fitri = 0.5455×0.2395+0.2727×0.5571+0.1818×0.0901=0.2990.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa Yayu mempunyai skor yang paling tinggi yaitu 0.3750, disusulGrace dengan
skor 0.3260 dan yang terakhir Fitri dengan skor 0.2990.
AKhirnya Ozenk akan memilih Yayu sebagai istrinya.
COBA LANGSUNG DI ==> 123ahp.com
hayo !! tebak yang mana Mba Yayu ??
Tulisan ini saya tulis ulang dari blog tetangga dengan merubah sedikit formulasi ke bahasa saya ,biar tidak dikata plagiat saya cantumkan daftar rujukaan berikut ini :
Refrensi :
http://bangded.blogspot.com/2011/04/penerapan-metode-ahp.html
http://asro.wordpress.com/2008/06/26/ahp-ditulis-ulang/ =>TKPhttp://www.tempo.co/read/news/2013/02/14/058461390/Tentang-Valentine-Aktivis-Muslim-Bagikan-Jilbab
Ide yang segar bro :)) (o)
BalasHapus