Deklarasi Nahdlatul Ulama
Deklarasi Nahdlatul Ulama
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
(الأنبياء: 107)
“Kami (Allah) tidak mengutus engkau (Muhammad) kecuali sebagai pembawa rahmat bagi semesta” (QS. Al-Anbiya`: 107)
وَلَقَدْ
كَرَّمْنَا بَنِي آَدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ
وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ
مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
(الإسراء: 70)
“Dan
sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan” (QS. Al-Isra`: 70)
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
(الحج:78)
“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama” (QS. Al-Hajj: 78)
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
(رواه البيهقي)
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia” (HR. Al-Baihaqi)
إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَبْعَثْنِي مُعَنِّتًا وَلا مُتَعَنِّتًا ، وَلَكِنْ بَعَثَنِي مُعَلِّمًا مُيَسِّرً
(رواه مسلم)
“Sesungguhnya
Allah tidak mengutusku (Muhammad) sebagai orang yang mempersulit atau
memperberat para hamba. Akan tetapi Allah mengutusku sebagai pengajar
yang memudahkan (HR. Muslim).
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ النَّاسُ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُؤْمِنُ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى دِمَائِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ
(رواه النسائ)
“Seorang
muslim sejatinya adalah orang yang seluruh manusia selamat dari lisan
dan tangannya. Sedang seorang mukmin adalah orang yang mendatangkan rasa
aman kepada orang lain dalam darah dan hartanya” (HR. An-Nasai)
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الرِفْقَ فِى الْأَمْرِ كُلِّهِ (متفق عليه)
“Sesungguhnya Allah menyukai kelembutan dalam semua urusan” (Muttafaq ‘Alaih)
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“Orang-orang
yang menyayangi sesama, Sang Maha Penyayang menyayangi mereka.
Sayangilah semua penduduk bumi niscaya penduduk langit akan
menyayangimu” (HR. At-Tirmidzi)
قَالَ
بْنُ بَطَّالٍ فِيهِ الحَضُّ عَلَى اسْتِعْمَالِ الرَّحْمَةِ لِجَمِيعِ
الخَلقِ فَيَدْخُلُ الْمُؤْمِنُ وَالْكَافِرُ وَالْبَهَائِمُ الْمَمْلُوكُ
مِنْهَا وَغَيْرُ الْمَمْلُوكِ وَيَدْخُلُ فِي الرَّحْمَةِ التَّعَاهُدُ
بِالْإِطْعَامِ وَالسَّقْيِ وَالتَّخْفِيفُ فِي الْحَمْلِ وَتَرْكُ
التَّعَدِّي بِالضَّرْبِ
(انظر ابن حجر العسقلاني، فتح الباري بشرح صحيح البخاري، بيروت-دار المفرفة، 1379هـ، ج، 10، ص. 440)
“Ibnu
Baththal berkata: ‘Hadits ini mengandung anjuran kuat untuk bersikap
penuh kasih sayang terhadap semua makhluk, baik mukmin maupun kafir,
binatang piaraan maupun binatang liar, dan termasuk juga di dalamnya
adalah komitmen untuk memberikan bantuan makanan dan minuman (kepada
yang membutuhkan), meringankan beban, dan menghindari berbuat kekerasan
terhadap seluruh makhluk” (Lihat, Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari bi Syarhi Shahih al-Bukhari, Bairut-Dar al-Ma’rifah, 1379 H, juz, XI, h. 440)
مِنَ
الْمَعْلُوْمِ اَنَّ النَّاسَ لاَبُدَّ لَهُمْ مِنَ اْلاِجْتِمَاعِ
وَالْمُخَالَطَةِ ِلأَنَّ الْفَرْدَ الْوَاحِدَ لاَيُمْكِنُ اَنْ
يَسْتَقِلَّ بِجَمِيْعِ حَاجَاتِهِ، فَهُوَ مُضْظَرٌّ بِحُكْمِ
الضَّرُوْرَة اِلَى اْلاِجْتِمَاعِ الَّذِيْ يَجْلِبُ اِلَى اُمَّتِهِ
الْخَيْرَ وَيَدْفَعُ عَنْهَا الشَّرَّ وَالضَّيْرَ. فَاْلإِتِّحَادُ
وَارْتِبَاطُ الْقُلُوْبِ بِبَعْضِهَا وَتَضَافُرُهَا عَلَى اَمْرِ وَاحِدٍ
وَاجْتِمَاعُهَا عَلَى كَلِمَةٍ وَاحِدَةٍ مِنْ أَهَمِّ اَسْبَابِ
السَعَادَةِ وَاَقْوَى دَوَاعِى الْمَحَبَّةِ وَاْلمَوَدَّةِ. وَكَمْ ِبهِ
عُمِّرَتِ البِلاَدُ وَسَادَتِ الْعِبَادُ وَانْتَشَرَ الْعِمْرَانُ
وَتَقَدَّمَتِ اْلاَوْطَانُ وَاُسِّسَتِ الْمَمَالِكُ وسُهِّلَتِ
المسَاَلِكُ وَكَثُرَ التَّوَاصُلُ اِلَى غَيْرِ ذَلِكَ مِنْ فَوَائِدِ
اْلاِتِّحَادِ الَّذِيْ هُوَ اَعْظَمُ الْفَضَائِلِ وَأَمْتَنُ
اْلاَسْبَابِ وَالْوَسَائِلِ
(الرئيس الأكبر لجمعية نهضة العلماء الشيج العالم العلامة هاشم أشعري, مقدمة القانون الأساسي لجمعية نهضة العلماء)
“Telah
dimaklumi bahwa manusia niscaya bermasyarakat, bercampur dengan yang
lain; sebab tak mungkin seorang pun mampu sendirian memenuhi segala
kebutuhan--kebutuhannya. Maka mau tidak mau ia harus bermasyarakat dalam
cara yang membawa kebaikan bagi umatnya dan menolak ancaman bahaya dari
padanya. Karena itu, persatuan, ikatan batin satu dengan yang lain,
saling bantu dalam memperjuangkan kepentingan bersama dan kebersamaan
dalam satu kata adalah sumber paling penting bagi kebahagiaan dan faktor
paling kuat bagi terciptanya persaudaraan dan kasih sayang. Berapa
banyak negara-negara yang menjadi makmur, hamba-hamba menjadi pemimpin
yang berkuasa, pembangunan merata, negeri-negeri menjadi maju,
pemerintah ditegakkan, jalan-jalan menjadi lancar, perhubungan menjadi
ramai dan masih banyak manfaat-manfaat lain dari hasil persatuan
merupakan keutamaan yang paling besar dan merupakan sebab dan sarana
paling ampuh” (Rais Akbar Jamiyah Nahdlatul Ulama Hadlratussyekh
Muhammad Hasyim Asy’ari, Muqaddimah Qanun Asasi)
Nahdlatul
Ulama telah merampungkan munaadharah dalam “International Summit of
Moderate Islamic Leaders” (Isomil), “Muktamar Internasional Para
Pemimpin Islam Moderat”, yang diselenggarakan pada tanggal 9-11 Mei di
Jakarta, Indonesia. Setelah berkonsultasi dan berdikusi secara ekstensif
bersama banyak ahli dari berbagai bidang yang ikut serta dalam Muktamar
ini, Nahdlatul Ulama berbulat hati menyiarkan “Deklarasi Nahdlatul
Ulama” sebagai berikut:
1. Nahdlatul
Ulama menawarkan wawasan dan pengalaman Islam Nusantara kepada dunia
sebagai paradigma Islam yang layak diteladani, bahwa agama menyumbang
kepada peradaban dengan menghargai budaya yang telah ada serta
mengedepankan harmoni dan perdamaian.
2. Nahdlatul
Ulama tidak bermaksud untuk mengekspor Islam Nusantara ke kawasan lain
di dunia, tapi sekadar mengajak komunitas-komunitas Muslim lainnya untuk
mengingat kembali keindahan dan kedinamisan yang terbit dari pertemuan
sejarah antara semangat dan ajaran-ajaran Islam dengan realitas
budaya-budaya lokal di seantero dunia, yang telah melahirkan beragam
peradaban-peradaban besar, sebagaimana di Nusantara.
3. Islam
Nusantara bukanlah agama atau madzhab baru melainkan sekadar
pengejawantahan Islam yang secara alami berkembang di tengah budaya
Nusantara dan tidak bertentangan dengan syari’at Islam sebagaimana
dipahami, diajarkan dan diamalkan oleh kaum Ahlussunnah wal Jama’ah di
seluruh dunia.
4. Dalam cara pandang Islam Nusantara, tidak ada pertentangan antara agama dan kebangsaan. Hubbul watan minal iman:
“Cinta tanah air adalah bagian dari iman.” Barangsiapa tidak memiliki
kebangsaan, tidak akan memiliki tanah air. Barangsiapa tidak memiliki
tanah air, tidak akan punya sejarah.
5. Dalam
cara pandang Islam Nusantara, Islam tidak menggalang pemeluk-pemeluknya
untuk menaklukkan dunia, tapi mendorong untuk terus-menerus berupaya
menyempurnakan akhlaqul karimah, karena hanya dengan cara itulah Islam
dapat sungguh-sungguh mewujud sebagai rahmat bagi semesta alam (Rahmatan
lil ‘Alamin).
6. Islam Nusantara secara teguh mengikuti dan menghidupkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam yang mendasar, termasuk tawassuth (jalan tengah, yaitu jalan moderat), tawaazun (keseimbangan; harmoni), tasaamuh (kelemah-lembutan dan kasih-sayang, bukan kekerasan dan pemaksaan) dan i‘tidaal (keadilan).
7. Sebagai
organisasi Ahlussunnah wal Jama’ah terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama
berbagi keprihatinan yang dirasakan oleh sebagian besar warga Muslim dan
non-Muslim di seluruh dunia, tentang merajalelanya ekstremisme agama,
teror, konflik di Timur Tengah dan gelombang pasang Islamofobia di
Barat.
8. Nahdlatul
Ulama menilai bahwa model-model tertentu dalam penafsiran Islamlah yang
merupakan faktor paling berpengaruh terhadap penyebaran ekstremisme
agama di kalangan umat Islam.
9. Selama
beberapa dekade ini, berbagai pemerintah negara di Timur Tengah telah
mengeksploitasi perbedaan-perbedaan keagamaan dan sejarah permusuhan di
antara aliran-aliran yang ada, tanpa mempertimbangkan akibat-akibatnya
terhadap kemanusiaan secara luas. Dengan cara mengembuskan
perbedaan-perbedaan sektarian, negara-negara tersebut memburu soft power (pengaruh opini) dan hard power
(pengaruh politik, ekonomi serta militer) dan mengekspor konflik mereka
ke seluruh dunia. Propaganda-propaganda sektarian tersebut dengan
sengaja memupuk ekstremisme agama dan mendorong penyebaran terorisme ke
seluruh dunia.
10. Penyebaran
ektremisme agama dan terorisme ini secara langsung berperan menciptakan
gelombang pasang Islamofobia di kalangan non-Muslim.
11. Pemerintahan
negara-negara tertentu di Timur Tengah mendasarkan legitimasi
politiknya diambil justru dari tafsir-tafsir keagamaan yang mendasari
dan menggerakkan ekstremisme agama dan teror. Ancaman ekstremisme agama
dan teror dapat diatasi hanya jika pemerintahan-pemerintahan tersebut
bersedia membuka diri dan membangun sumber-sumber alternatif bagi
legitimasi politik mereka.
12. Nahdlatul Ulama siap membantu dalam upaya ini.
13. Realitas
ketidakadilan ekonomi dan politik serta kemiskinan massal di dunia
Islam turut menyumbang pula terhadap berkembangnya ekstremisme agama dan
terorisme. Realitas tersebut senantiasa dijadikan bahan propaganda
ekstremisme dan terorisme, sebagai bagian dari alasan keberadaannya dan
untuk memperkuat ilusi masa depan yang dijanjikannya. Maka masalah
ketidakadilan dan kemiskinan ini tak dapat dipisahkan pula dari masalah
ektremisme dan terorisme.
14. Walaupun
maraknya konflik yang meminta korban tak terhitung jumlahnya di Timur
Tengah seolah-olah tak dapat diselesaikan, kita tidak boleh memunggungi
masalah ataupun berlepas diri dari mereka yang menjadi korban. Nahdlatul
Ulama mendesak Pemerintah Indonesia untuk mengambil peran aktif dan
konstruktif dalam mencari jalan keluar bagi konflik multi-faset yang
merajalela di Timur Tengah.
15. Nahdlatul
Ulama menyeru siapa saja yang memiliki iktikad baik dari semua agama
dan kebangsaan untuk bergabung dalam upaya membangun konsensus global
untuk tidak mempolitisasi Islam, dan memarjinalkan mereka yang hendak
mengeksploitasi Islam sedemikian rupa untuk menyakiti sesama.
16. Nahdlatul
Ulama akan berjuang untuk mengonsolidasikan kaum Ahlussunnah wal
Jama’ah sedunia demi memperjuangkan terwujudnya dunia di mana Islam dan
kaum Muslimin sungguh-sungguh menjadi pembawa kebaikan dan berkontribusi
bagi kemaslahatan seluruh umat manusia.
Jakarta, 10 Mei 2016
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siroj, MA Dr. Ir. Helmi Faisal Zaini
Ketua Umum Sekretaris Jenderal
Dr. K.H. Ma’ruf Amin K.H. Yahya Cholil Staquf
Posting Komentar untuk "Deklarasi Nahdlatul Ulama"