Islam dan Dasar Negara Republik Indonesia (Pancasila)
Berbicara dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tentu tidak
lain adalah Pancasila. Dimana Pancasila yang mengandung nilai-nilai
universal dengan prinsip “Bhinneka Tunggal Ika”nya, itu digali dari bumi
pertiwi dan disepakati sebagai konsensus nasional untuk menjadi dasar
NKRI dan menjadi payung kehidupan bersama dalam berbagai perbedaan.
Namun, di sisi lain kita juga pernah mendapatkan keterangan dari
beberapa kelompok bahwa Pancasila sebagai dasar negara itu sudah tidak
relevan untuk mengatasi problem bangsa ini karena menurut kesimpulan
mereka Pancasila tidak sesuai dengan ketentuan Tuhan (agama Islam).
Siapa bilang? Itu merupakan sebuah kesimpulan yang terburu-buru, dan
sebuah pemikiran yang sangat sempit dan dangkal. Karena Pancasila
sebagai dasar Negara Indonesia sebenarnya sudahlah sangat Islami (sesuai
dengan tuntunan agama Islam). Oleh karena itu, dalam kesempatan ini santri Pondok Pesantren Ngalah di
bawah asuhan KH. Moh. Sholeh Bahruddin mengajak kepada semuanya untuk
melihat secara jernih bahwa Pancasila itu adalah payung kebersamaan.
Mari kita buktikan dan kita lihat bersama-sama, kesesuaian sila-sila
atau butir-butir yang terkandung dalam Pancasila dengan Ayat-ayat Tuhan
yang termaktub di dalam Kitab Suci-Nya yaitu al-Qur’an al-Karim.
Ketuhanan Yang Maha Esa
Pada sila pertama ini mengandung ajaran ketauhidan dalam pengertian
keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana yang tercermin dalam
kitab suci al-Qur’an Surat al-Nahl ayat 22, al-Baqarah ayat 163,
al-Ankabut ayat 46 sebagai berikut:
إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَالَّذِيْنَ لاَ يُؤْمِنُوْنَ بِالآخِرَةِ
قُلُوْبُهُمْ مُّنْكِرَةٌ وَهُمْ مُّسْتَكْبِرُوْن (سورة النحل:22)
Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak
beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaaan Allah),
sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang yang sombong. (Qs. al-Nahl:
22).
وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيم (سورة البقرة: 163)
Dan Tuhan-mu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan Dia
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. (Qs. al-Baqarah: 163)
....وَقُوْلُوْا آمَنَّا بِالَّذِيْ أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَأُنْزِلَ
إِلَيْكُمْ وَإِلَهُنَا وَإِلَهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُوْنَ.
(سورة العنكبوت: 36)
.....dan katakanlah; Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang
diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu, Tuhan kami dan
Tuhan-mu adalah satu. (Qs. al-Ankabut: 46)
Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Sila kedua ini mencerminkan nilai kemanusiaan yang menjunjung tinggi
sikap adil dan beradab, hal ini juga dianjurkan dalam al-Qur’an surat
al-Nahl ayat 90.
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاء ذِي الْقُرْبَى
وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (سورة النحل: 90)
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran. (Qs. al-Nahl: 90)
Persatuan Indonesia
Sila ketiga ini menggambarkan sebuah kehidupan yang rukun, damai, saling
berdampingan dalam bingkai keanekaragaman bangsa-nya dengan dilandasi
persatuan serta kebersamaan, sebagaimana perintah Allah dalam surat
ali-Imron ayat 103.
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ
نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ
قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا
حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ
لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ. (سورة آل عمران: 103)
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang
bersaudara. (Qs. Ali ‘Imron: 103)
Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan
Sila yang memberi petunjuk dalam pelaksanaan kepemimpinan serta dalam
mengambil sebuah keputusan itu harus secara bijak dengan tetap
berdasarkan musyawarah. Hal ini digambarkan dalam al-Qur'an surat Shaad
ayat 20 dan surat Ali ‘Imran ayat 159 sebagai berikut:
وَشَدَدْنَا مُلْكَهُ وَآتَيْنَاهُ الْحِكْمَةَ وَفَصْلَ الْخِطَابِ (سورة ص: 20)
Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan
kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan. (Qs. Shaad: 20)
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ
الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ
لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى
اللهِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (سورة آل عمران: 159)
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. (Qs. ali-Imron: 159)
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila yang menggambarkan dan mencita-citakan terwujudnya kehidupan yang
adil, makmur, bagi seluruh rakyatnya yang beraneka ragam. Hal ini juga
diperintahkan dalam surat al-Maa'idah ayat 8 dan al-Nisa’ ayat 135
sebagai berikut:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ قَوَّامِينَ لِلهِ شُهَدَاء
بِالْقِسْطِ وَلاَيَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَّتَعْدِلُواْ
اعْدِلُواْ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُواْ اللهَ إِنَّ اللهَ
خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (سورة المآئدة: 8)
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) kerena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. al-Maa’idah: 8)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ
شُهَدَاء لِلهِ وَلَوْ عَلَى أَنفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ
وَالأَقْرَبِينَ إِنْ يَكُنْ غَنِيّاً أَوْ فَقَيراً فَاللهُ أَوْلَى
بِهِمَا فَلاَ تَتَّبِعُواْ الْهَوَى أَن تَعْدِلُواْ وَإِن تَلْوُواْ أَوْ
تُعْرِضُواْ فَإِنَّ اللهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيراً (سورة
النساء: 135)
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu
sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin,
maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar
balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah
adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. (Qs. an-Nisa’:
135)
Demikianlah dasar negara yang dicetuskan oleh pendiri bangsa yang tak lepas dari andil para ulama' dalam merumuskan dan merestui Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. Kita sebagai generasi penerus perjuangan seharunya menjaga dan memelihara serta mengamalkan nilai-nilai Pancasila tersebut, bukannya mendebat dan menentang unsur merubah yang sudah menjadi kesepakatan bersama elemen bangsa yang diperjuangakan oleh berbagai elemen suku dan agama.
Sumber : galakgampil.net
Coretan@fivwae
Posting Komentar untuk "Islam dan Dasar Negara Republik Indonesia (Pancasila)"